Kisah Setelah Santoso Tewas

IST
Jakarta - Lima orang berhasil melarikan diri saat Satuan Tugas Tinombala gabungan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian RI menyerbu persembunyian Komandan Mujahidin Indonesia Timur Santoso alias Abu Wardah di Desa Tambarana, Poso, Sulawesi Tengah pada Senin (18/7/2016) pekan lalu. Mereka adalah: Basri dan istrinya Nurmi Usman alias Oma, Hilal, Sobron serta Jumiatun Muslim alias Umi Delima, istri kedua Santoso.

Sementara Santoso dan Mukhtar tewas dalam baku tembak tersebut. Setelah dua terduga teroris yang menjadi buron selama 4 tahun itu tewas, Satgas Tinombala kemudian menyusun strategi untuk mengejar empat orang yang berhasil lolos tersebut ke dalam hutan.



IST
Satu dari empat buron itu, yakni Jumiatun diduga membawa senjata jenis SS2 V4 (Nomor Senjata 015700) yang diambil dari tangan Santoso. "Satgas Tinombala membentuk lima tim untuk memburu mereka yang melarikan diri tersebut," kata Kepala Pusat Penerangan TNI Mayor Jenderal TNI Tatang Sulaiman dalam keterangan tertulisnya, Selasa (26/7/2016).

Dua dari lima tim tersebut adalah: Tim Alfa 17 Yonif 303/Raider Kostrad dan Tim Alfa 29 Yonif 515/Raider Kostrad. Pada Jumat (22/7/2016), Tim Alfa 17 Yonif 303/Raider Kostrad berhasil menangkap Jumiatun Muslimin, istri kedua Santoso. Saat ditangkap, Jumiatun dalam keadaan tidak membawa senjata.

"Mengetahui buronan teroris tersebut adalah dan tidak bersenjata, Tim Alfa 17 tidak menembak namun ditangkap hidup dengan tetap waspada ketika melakukan penangkapan," kata Tatang.

Setelah dilakukan penangkapan terhadap istri kedua Santoso, Satgas Tinombala berusaha menggali informasi tentang keberadaan anggota teroris lainnya termasuk senjata milik gembong teroris Santoso yang hilang pasca kontak tembak. Menurut Tatang, saat ditangkap Jumiatun Muslim diperlakukan secara manusiawi layaknya seorang wanita.

Melalui pendekatan secara kemanusiaan itulah Jumiatun mau memberikan informasi tentang keberadaan senjata yang sempat dia bawa. "Senjata tersebut disimpan di suatu tempat namun tidak tahu persis letaknya, mengingat Jumiatun Muslim lupa karena malam hari dan sudah lelah membawa senjata yang berat," papar Tatang.

Mendapat informasi yang sangat berharga tersebut, Tim Satgas Tinombala memerintahkan Dantim Alfa 29 untuk melakukan pencarian dan penyisiran daerah yang diduga menjadi tempat keberadaan senjata tersebut. Diperintahkannya Tim Alfa 29 untuk melakukan penyisiran, karena Tim tersebut yang mengetahui lokasi dan mengenal medan ketika terjadi kontak tembak dengan kelompok teroris yang menewaskan Santoso.

Setelah dua hari melakukan penyisiran dan pencarian secara mendetail, akhirnya senjata tersebut berhasil ditemukan dengan posisi senjata SS2 V4 disandarkan pada pohon kecil berdaun lebar.

"Penemuan senjata tersebut ditemukan pada hari Selasa, tanggal 26 Juli 2016 sekitar pukul 13.20 WITA di area lokasi tanah longsor yang berjarak 50 meter dari pinggir sungai Tambarana Poso, Sulawesi Tengah," kata Tatang.[Detik.com]
 
Share on Google Plus

About Warta buana

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 comments:

Post a Comment