DENPASAR -
Gubuk seluas 2 x 2 meter yang hanya beralaskan tikar, beratapkan terpal,
berdinding triplek bekas, dan disangga bambu serta kayu rongsokan menjadi
"saksi bisu" aktivitas para pekerja seks komersial (PSK) di Jalan
Himalaya Utara III, Banjar Kerta Sari, Desa Pemecutan Kaja, Denpasar Utara,
Bali.
Yang memprihatinkan,
pelanggan para PSK bertarif murah tersebut termasuk anak-anak sekolahan, mulai
dari sekolah dasar (SD) hingga SMA.
“Anak-anak masih sekolah
banyak yang datang. Dan kalau malam minggu, saya lihat anak-anak kecil juga
banyak yang datang ke sana,” ungkap seorang warga sekitar, yang namanya minta
tak ditulis, Selasa (13/9/2016) sore, kepada Tribun Bali.
Ketua Harian Pusat
Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P2TP2A), Luh
Putu Sri Anggreni, mengaku prihatin mendengar adanya anak-anak yang menjadi
pelanggan PSK tersebut. Ia pun meminta Pemerintah
Kota Denpasar segera bertindak tegas.
"Ini harus disikapi
dengan serius agar masa depan anak-anak calon generasi muda kita, khususnya di
Denpasar, terlindungi," kata Sri Anggreni melalui telepon selulernya,
kemarin.
Berdasarkan informasi yang
dihimpun, tempat prostitusi terselubung di semak-semak ini dihuni sekitar 20
PSK. Mulai dari yang berusia 20-an sampai 30-an tahun. Tarifnya super murah,
berkisar Rp 30 ribu sampai Rp 50 ribu. Di sana juga terdapat sejumlah wanita
pria (waria). Sejumlah PSK tinggal kost di sekitar lokasi. Setiap hari, mereka
beroperasi mulai pukul 20.00 Wita sampai pukul 02.00 Wita.
"Kalau malam Minggu
bisa sampai pagi,” ungkap sumber Tribun Bali.
Celakanya, PSK di sana
diduga tidak aman alias rawan penularan HIV/AIDS. Namun demikian, lokalisasi
ini selalu ramai dikunjungi warga, termasuk anak-anak.
"Setiap hari
rata-rata ramai yang datang ke sana. Saya lihat parkirnya berderet di luar.
Apalagi malam minggu, buiihh, ramai banget,” ungkap pria yang sudah empat tahun
tinggal di sekitar lokasi prostitusi terselubung itu.
Tempat prostitusi yang
sudah ada sejak empat tahun lebih itu disebut-sebut sudah dilindungi oleh
aparat penegak hukum. Hampir setiap minggu mobil aparat penegak hukum khususnya
Satpol PP selalu datang ke sana untuk patroli.
“Hampir setiap minggu saya
lihat mobil Satpol PP lewat di sana. Lalu ada yang nyamperin, terus mobilnya
pergi. Apa itu namanya? Ya nilai saja sendiri,” ungkap warga sekitar yang
menduga ada kong kalikong antara pemilik tempat prostitusi dengan aparat.[Tribunnews]
0 comments:
Post a Comment