PIL"KADAL" MASIHKAH MELAHIRKAN "KADAL"?

IST
Jangan buru-buru berkesimpulan membaca judul yang saya suguhkan diatas! Itu bukanlah raungan penolakan yang mengalir deras. Namun kalau disentil sedikit kearah apatis, mungkin ada hubungannya. Betapapun kita telah berusaha membantahnya, tetap saja fakta dan keadaan yang membuktikan bahwa sebagai rakyat pemilih kita masih terus di"kadal'in. Suguhan-suguhan mimpi sorga dari mereka yang sedang memburu kursi empuk pimpinan daerah masihlah sebatas mimpi.


Mungkin bagi mereka yg berada dekat atau paling tidak punya hubungan baik dengan peng"kadal"an tersebut akan tersungging (bahkan tertawa) membaca pengantar diatas atau bahkan mencibir. Yang pasti bagi kalangan yang terisolir dari lingkaran itu paling tidak akan mengangguk dengan dahi mengkerut akibat berat mengiyakannya. Ya, kita memang telah terlilit oleh persoalan yang kita belum bisa pastikan kapan ada kepastiannya, kapan ada jawaban yang paling memadai, atau kapan ada yang paling tidak mendekati kepastian dari sebuah pesta 5 (lima) tahunan yang selalu menyuguhkan mimpi-mimpi indah tersebut. Hanya satu yang masih pasti selama puluhan tahun ini, bahwa setelah proses peng"kadal"an itu maka semuanya akan kembali seperti sebelumnya, tanpa perubahan apa-apa dan tanpa pengaruh pada sosial ekonomi apapun. Ingin membuktikannya?? silakan datang dan tanya kepada perempuan tangguh yang setiap hari menyapu trotoar agar lingkungan kota kita tetap bersih dari sampah, jawabnya pasti tidak akan jauh dari kalimat ini :"Siapapun yang terpilih, buat saya tidak berarti apa-apa". Atau kepada lelaki paruh baya yang setiap pagi membawa cangkul ke ladangnya yang tidak seberapa itu. Pasti jawabnya tidak akan jauh berbeda.
 

Dulu ketika pemerintah Orde Baru sedang giat-giatnya mengkampanyekan Keluarga Berencana (KB), salah satu alat kontrasepsi yang paling banyak digunakan pasangan usia subur adalah Pil KB. Keberhasilan alat kontrasepsi ini sangat tergantung dari kedisplinan waktu oleh pemakainya. Bentuk dan ukurannya berbeda, sehingga kalau pemakainya lalai hasilnya akan menjadi "bayi mungil". Setelah reformasi, era keterbukaan dan buka-bukaanpun dimulai. Bagai dam yang jebol akibat debit air yg berlebihan, suara-suara yang selama Orde baru dibungkam tumpah ruah. Alhasil semua kotoranpun juga ikut menyertainya. Reformasi yang diharapkan membawa perubahan akhirnya mengalir tanpa arah.


Walaupun alirannya merembes tak tentu arah, salah satu hasilnya adalah pemilihan kepala daerah langsung; Pil"Kadal". Sistem ini pertama sekali dilaksanakan pada tahun 2005 yang ditandai dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004. Namun setelah beberapa kali dilaksanakan, jawaban-jawaban rakyat bawah seperti di atas masih tetap sama hingga saat ini. Sejak 2005, harapan itu tak pernah surut, bahwa disetiap even 5 (lima) tahunan tersebut akan lahir pemimpin yang benar-benar membawa perubahan, bahkan mungkin bukan sekedar keturunan yang sama seperti yg dihasilkan ketika lalai menggunakan Pil KB. Dan setelah sekian tahun dibuai dalam mimpi-mimpi, hingga akhirnya hampir semuanya apatis, harapan terakhir adalah minimal bisa melahirkan keturunan yg walaupun sama namun membawa kebaruan baik dari sisi kerja,  cara maupun kualitas memimpinnya. Namun ternyata setelah 10 tahun sejak pertama dilaksanakan, hasilnya tetap sama. Harapan itu masih tetap sebatas harapan. Kadal masih tetap melahirkan keturunan yang berjenis kadal, walaupun ukuran dan warnanya berbeda-beda.


Sekali lagi ini bukanlah raungan penolakan, namun hanya berpaku pada harapan akan adanya perubahan dari pemilihan-pemilihan setiap 5 (tahun) itu kita lakoni tanpa berbuat sesuatu, maka bisa dipastikan harapan tinggallah harapan, mimpi tinggallah mimpi, tanpa pernah melahirkan perubahan seperti yang selalu jadi mimpi indah kita. Persoalannya tidaklah semata terletak pada mereka yang terpilih untuk memimpin, akarnya terletak pada kita, rakyat pemilih. Benar! bahwa saat ini himpitan yang menggerogoti hajat hidup ekonomi sosial kita amatlah besar, namun tidaklah menjadi solusi apabila kita terus membiarkan kadal-kadal itu terus-terusan meng"kadal"in kita, Karena bila demikian, generasi yang dirusak bukanlah hanya kita, akan tetapi juga anak cucu kita. Oleh karena itu, bijak dan disiplinlah! karena Pil "Kadal" tidak akan pernah menghasilkan "bayi mungil" seperti ketika anda tidak disiplin menggunakan Pil KB. Kadal akan selamanya melahirkan keturunannya yaitu kadal.
Penulis: Yusman Zendrato (Agrenis)
Share on Google Plus

About Warta buana

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 comments:

Post a Comment